(Sub tema: Sejarah Melayu di Dunia)
***
**
*
oleh: Junaidi Syam, S.Sn., M.A
Simposium di Pekan Budaya Melayu Serumpun
(Gedung Menara BRK Syariah, Jl. Jenderal Sudirman, Pekanbaru; 8 Agustus 2025)
2025
A. Pendahuluan.
Makalah ini membicarakan struktur umum sejarah diaspora, eksodus dan transmigrasi manusia ke Sumatera. Berbasis fakta yang didulang dari teks kitab suci, manuskrip, kronik, literatur dan informasi lisan, dielaborasi hanya untuk mendiskusikan dan melihat “Seperti apa sejarah dan kebudayaan Sumatera dl lingkup peradaban Dunia?”
Satu isyarat penting: Taurat dan injil telah terhimpun dl Alquran, sedangkan cerita israiliyat (Arb. تايليئارسإ) boleh digunakan, tidak mengapa. (Lih. HR Bukhari 3202 & Tirmidzi, 2593) Manuskrip Teromba besar Tambusai (untuk selanjutnya disebut TBT) ditulis Ahad 17 Muhaṙam 271 M, adalah manuskrip Sumatera berangka tahun tertua yang pernah ada. Isinya menceritakan sejarah Adam AS ayah umat manusia (Arb. رشبلا وبأ) dan Hawa, Syis, Nuh, Sam bin Nuh, Ishaq, ‘Aidzan (Esau), Iskandar Dzulkarnain (Rauel), Maharaja Diraja (Aluf Sammah), Jina Putera (tahun 372 H;1273 M) dan sambungan teks salinan sampai kepada Sultan Muhammad Salehuddin Rais dan Sultan Zainal Abidin Syah raja Tambusai terakhir (tarih 1282; 1865 M). Teks TBT bermuatan informasi yang kaya tentang aturan adat istiadat serta sejarah asal-usul raja-raja Tambusai dan raja-raja lainnya di Sumatera. TBT telah menuntun jalan menemukan asal usul Iskandar Dzulkarnain yang belum pernah dibicarakan sebelumnya.
Satu hal pula: Teori ras primitif, hominin, homohabilis, homo primata dll tidak sesuai untuk landasan teori mengkaji sejarah orang Sumatera, semisal teori arkeologis-antropologis mengenai proto-x, deutro-x, neo-x dll yang melahirkan sejumlah terminologi pengelompokan sosial kultural semisal proto-Melayu (Jakun, Batak, Aceh, Gayo, Talang, Kalang, Akit, Sakai, Dayak, Kayan, Kenyah, Dusun, Murut dll) proto-Australoid atau proto-Negroid (orang Semang). Istilah prasejarah (tidak bertulis baca), masyarakat keji, kejam dan ganas (kanibalisme), dan stereotype negatif lainnya lahir dari paradigma tersebut. Bertentangan dengan terminologi ‘bani Adam’ basisnya adalah; terlahir dengan sebaik-baik bentuk dan cerdas, mengenal Tuhan Esa, mengenal aturan hukum, berpranata sosial, hadir untuk membawa faidah, berfikir logis, sekaligus menekankan azas utamanya adalah “manusia tidak setara dengan spesies binatang.” (Q.S. Aṭ-Tīn, 95:04) Perbedaan kebudayaan muncul disebabkan variasi dukungan lingkungan dan pilihan sikap hidup masing-masing kelompok masyarakatnya.
Berikut ini akan dipaparkan secara sederhana mengenai fase-fase, kategori dan klasifikasi historisitas sejarah dan kebudayaan yang terhubung, terkait atau pernah terjadi di Sumatera.
B. Sejarah Adat, Fase Pertama.
Alquran tidak menyebut nama Hawa secara vulgar seperti dl Taurat (Ibr. אוה), tetapi menyandarkannya pada sosok Adam dengan sebutan zawjaha (اهجوز) dan zawjuka (كجوز). Teks Taurat versi TBT menyebut bahwasanya Ninik Kita Adam dan Siti Hawa terlebih dahulu bermufakat sebelum mereka berpisah, hasilnya adalah; 1)Adam memiliki anak tanpa Siti Hawa, 2) Hawa memiliki anak tanpa Adam, dan 3)Hawa ada memiliki anak dalam gelap.
Kategori maskulin dan feminim adalah pranata adat tertua yang menghiasi konsep-konsep kebudayaan orang Sumatera hingga sekarang. Melahirkan varian klasifikasi strata posisi, antara lain disebut; 1)bangsa, bangsawan, 2)tuan, pertuanan, 3)anak, peranakan, 4)pihak, puak, 5) kobak, induk, 6)sibah luar, sibah dl, 7)bahu kiri, bahu kanan, 8)suku, sakai, 9)hamba, rakyat, 10)orang dl, orang keluaran, 11)perungguan, marga, 12)kaum, kriyah, 13)soka, baka, 14) pusaka, limbaga, 15)penghulu, pengetua, 16)panglima, hulubalang, 17)ninik, atuk, 18)tulang, mamak 19)cucu, kemenakan dsb. Terbentuk pula sub klasifikasi strata gelar, antara lain; Duli Daulat, Padisah, Sultan, Seri Sultan, Maharaja/Maja, Seri Maharaja/Simahraja, Paduka, Paduka Tuan, Paduka Maharaja, Seri Paduka, Ja/Jo/Raja, Raja Diraja, Raja-raja, Sutan, Tengku, Yang Dipertuan, Datuk, Patih, Batin, Orang Besar, Orang Kaya, menteri, bentara, rakyat, rakyat sah, dsb, selain itu ada pula varian strata gelar feminim dan strata gelar bersifat umum dan liberal.
C. Sejarah Wilayah.
Laut Silung (Mly.), Bahr al-Hind (Arb.), Mare Indicvm (Lat.), Paradis (Rom.), the Indian Ocean (Ing.) adalah lokus pertama Adam turun dari taman surga (Arb. ةنج). Tebing pertama yang dipijak Adam diberi nama Langka, Canggah, Sailan, Silung, Zailan, Ceylon, Sripada, Sivanolipatha dan sekarang disebut Srilangka, orang Arab menamakan Jabal Ādam (Bukit Ādam). Jejak telapak kaki raksasa di puncak gunung Sripada (Ādam Peaks, 2.243 dpl), diyakini bekas pijakan langkah Ādam AS, atau memang sengaja dibuat untuk peringatan sejarah. Tradisi cap telapak kaki ini saya anggap sebagai aksara tertua dalam sepanjang sejarah manusia, kitabnya adalah tanah bumi.
TBT menyebutkan; ada burung berwarna nilam intan dan pudi ratna mutu manikam, lagi pandai berbicara. Burung ini turun ke dunia mencari negeri di antara Awang Gemawang. Diperolehlah dua tempat; 1)Pulau Langka Puri (CT3B. Cangga Pura) dan 2)Tanah Besar Hindi, lokasinya “antara pesagak dengan pesagang” (khatulistiwa). Inilah yang disebut negeri “tempat burung emas, berkandangkan emas, berkunci besi.” Tiga warna negeri itu; kuning, hitam dan hijau.
Benua di hadapan Srilangka berikut sepanjang garis pantainya ditandai dengan cucur air sungai-sungai yang mengalir ke Laut Silung, disebut; Hindi, Hindia, Hindu (Pers.ودنه), al-Hind atau Hind (Arb. دنهلا atau دنه), Indoos, Indo, Indicus, India, Indu, Indi dan Indie.
Penanda kutub bumi paling awal digunakan adalah; 1)pesagak (pancang; bawah; selatan; daksina; patha) dan 2)pesagang (gantung; atas; utara; paksina; tara). Empat orientasi penunjuk arah menggunakan istilah; 1)kida (kiri; Ibr. kedem; Arb. syam), 2)kanan (Ibr. kan’an; Arb. Yamaniah), 3)muka (terbit; Arb. masyrik/syarik) dan 4)belakang (andam; Arb. maghrib/ gharaba/dhuburi; يربد). Orientasi berbasis negeri/hunian atau titik lokus tertentu disebut simpang empat; 1)baruh, 2)darat, 3)hulu/mudik dan 4)hilir/ulak. Petunjuk batas-batas pesisir dan pantai menggunakan terminologi; 1)ujung dan 2)tanjung. Batas-batas di tengah pulau Sumatera; 1)pematang, tangga, tor, 2)deleng; geleng. Cara menetapkan batas-batas wilayah berdasarkan; 1)lautan, 2)gunung, 3)sungai besar, 4)padang, 5)pematang, 6)paya, 7)tasik, 8) cucur air, 9)geleng tanah, 8)tokong, 9)pulau, 10)lupak, 11)lagan dsb. Seluruh istilah tersebut memiliki maksud, tujuan dan keunikan yang dapat dijelaskan secara logis.
D. Sejarah Kuasa.
Malai artinya ‘gunung’ dl bhs Tamil (மலை), berasal dari kata Maru (Marv) atau Meru (Merv), dl bhs Arb. Marwa (ورم). Ptolemeus menyebut Malao emporium, inilah toponimi Melayu yang kita kenal dalam SS. (Lih. Iosepho MDLXII:147, Majumdar 1937:25 & Sastri 1927:257) Dalam kronik I-tsing disebut negara Mo-le-you.1 (Lih. Takakusu, xl - xli) Berdasarkan struktur penulisan I-tsing, Mo-lo-yu harusnya terbaca Ma-ra-yo yakni Marajo atau Maharaja. Mo-lo-yu yang dibaca Melayu adalah karena konsonan ‘l’ tetap dipertahankan dan tidak dibaca sebagai alofon ‘r’. Toponimi Melayu juga ditemukan dalam karya al Idrisi (1154 M), disebut jazirah al Qamar wa Malai (ىلام و رمقلا هرزج). (Lelewel 1851:xiij & Tabula Rogeriana)
E. Sejarah Raja.
Teks TBT eksplisit menyatakan; raja pertama adalah Syis anak tunggal Adam tanpa saudara kembar perempuan. Istrinya bidadari yang diturunkan Jibril (Mly. Jibra-il) di wilayah bukit Jabal Abi Qubis, pijakan pertama kaki bidadari itu antara Shafa dan Marwah. Anak-anak Syis lahir kembar, seluruh anak laki-laki menjadi nabi dan anak dari keturunan perempuan menjadi wali-wali Allah.
Syis AS (Arb. ثيش; Ibr. תׁ ֵש ) ayah bagi seluruh raja, dalam HA disebut Maha Bisnu (Skr. 1 Takakusu, Buddist Practices in India; a record of the Buddist religion as practised in India and Malay archipelago (671-695), Oxford, 1896 Mahavishnu) Raja Diraja Keideraan yang istrinya berasal dari surga. Anak-anak Syis dicirikan sebagai bangsawan berdarah putih dan disebut bidadari; baludari; mandu; mandudari; perdu buluh, betung, buluh betung; buluh soma dll.
Karena umat Syis terlalu banyak durhaka, terjadilah banjir besar pada zaman Nuh AS. Inilah akhir nama Syis tidak lagi disebut, masuklah fase penguasa kedua dengan munculnya sosok Sam bin Nuh yang dikenal sebagai pengazas bangsa-bangsa pertuanan, disebut Abu al-’Arab (Ibr. םש; Arb. برعلا وبأ), Ham bin Nuh sebagai bapak habasyiah (Ibr. םה; Arb. يشبحلا بأ), dan Yafit bin Nuh pengazas bangsa Romawi, Abu ar-Rum (Ibr. תפ; Arb. مرلا وبأ). Maka, Qurays adalah bangsa yang paliung pertengahan nasabnya.
F. Fase Kedua (Nuh, 2948-1998 SM).
Dalam TBT disebutkan: setelah air surut, palka Nuh AS (Ibr. הָבּ ֵת ; Arb. كلفلا) terhantar ke Tanah Haram. Nuh menakwil sifat ketiga anak Nuh setelah melihat aurat ayahnya yang tersingkap: 1) Ham suka melihat yang haram, 2)Sam gentar melihat yang haram, 3)Yafits takut melihat yang Haram. Selanjutnya Sam Bin Nuh keluar dari Tanah Haram menuju Tanah Halal. Keturunan Yafit menjadi nabi sekaligus raja sampai kepada nabi Muhammad SAW. Keturunan Sam dan Ham akan menjadi raja-raja fasik dan zhalim, namun raja-raja itu bertaubat dan diampunkan Allah.
Terkait kiamat Nuh, CT3B menceritakan anak perempuan Adam ke-9 bernama Bunga, pengazas awal adat batin (Ibr. תּ ַב; Arb. تنب), ibu bagi bangsa besar yang dikenal dengan sebutan; Orang Talang, kemudian melahirkan derivasi; Anak Talang, Kalang, Kelang, Kolang, Talang Liar, Petalangan, Talinga, Galang dsb. Nampaknya Bunga termasuk rombongan dl palka atau tiwah Nuh dan anak cucunya berkembang di Sumatera dan Nusantara.
G. Fase Ketiga (2000 SM).
Curai Paparan Tongku Naro Sungai Lolo, di hulu Kampar Kanan, menyebutkan nasab raja-raja Kampar tersambung kepada Bujang Koghi anak Gindo Rohin (Ibrahim AS) yang bertolak dari Pangkalan Judah menuju Sumatera. Variabel fakta raja-raja Melayu terhubung dengan Ibrahim AS cukup memadai untuk ditelaah, antara lain; 1)dl SS; Iskandar Dzulkarnain memeluk agama Nabi Ibrahim Khalilullah, 2)putera Sultan Muhammad Syah diberi nama Raja Ibrahim bergelar Sultan Abu Syahid, 3)dalam HA putera Raja Muhammad Syah bernama Raja Ibrahim Syah, 4) Beraim Khalil dl HA, 5)Beraim Bapa dl HRP, 6)gendang nobat Ibrahim Khalil, 7)konsep Ahad adalah hari Ibrahim, dll.
Fase ketiga ini dibicarakan dl CT3B, mengenai tiga perungguan Talang di kota Makah.
Berikut curaiannya:
Ringkasan: “Jadi, kita ini mulanya asal usul kita mamulai kabak ini pihak anak Adam sembilan, tiga perungguan bekambang di Makah, nang di sini ni kami katurunan nang bungsu, di Johor katurunan nang tua jangan nang tangah, ha itu. Mulanya dunia kita belum ada lagi baorang, tanah Sungai Limau, Kuala Sungai Tunu, Gunung Merapi, Bukit Kaindaan...” disambung oleh Pak Raya: “Makah...” disambung oleh Langsiran: “Tari-an Tiang Raya...” dilanjutkan oleh Ringkasan: “Tari-an Tiang Raya, Binua Awan, belum lagi ditunggu manusia.” Pak Raya: Jadi, baru tabongkar itu tadi, cari di anak Adam nang sembilan. Ada Bunga satu, dibuang ka Batang Tuaka. Nang satu dak bejudu belawan, nang bungsunya. Lima betina empat jantan, satu dak bejudu. Nang betina tadi, anak lima, nang jantan ampat inya. Nang Tua dak jadi bairing, buang Batang Tuaka. Anak satu dibejadikan, sumbang di sipat, nang adat dak jadi Bunga tadi, dak bairing, dibuang, hantarkan ka sana, barulah bernama Batang Tuaka, membuang anak baka. Kalau dulu bukan Batang Tuaka, Langkah. Sebelum itu belum. Sebab anak baka dilatakkan ka Langkah. Itulah sebabnya Patih itu cucu cicit Raksulullah inya itu. Dia anak dak bebapak tadi, anak Patih tu. Bapaknya ada, tapi di alam gaib, dicari baru jumpa, jumpa itu berantam.
Istilah perungguan terhubung dengan konsep adat kuno Sumatera, disebut dl Karo Bataksche Vertalingen (1904) dan Nopens den Politieken Toestand in de Rokanstaatjes (1905). Unggun, perunggu-runggu atau perunggunan adalah derivasi dari unggun/runggun, melahirkan sejumlah deviasi terminologi antara lain; pungko; pungku; trungku, tungku; tunggu; ungguk, tungguk, tunggak, dsb. Perunggunan adalah sebutan untuk Talang-Sakai-Lubu yang dimasukkan raja ke dalam istana, disebut; urang non soratuih, (Lih. jg dl. HMM) urang non limo puluh, urang non seribu, dan dari mereka lahir istilah fungsional semisal dayang-dayang, penginang, pengasuh, telangkai, juru, bujang, hambo, toman, andam, gundik dsb. Quast menjelaskan strata unggunan sebagai berikut:
Pekerja harian di rumah Raja adalah hamba dan andam, menyelesaikan seluruh pekerjaan berat-berat dl kenduri, juga mengandalkan tenaga kerja “Suku nan Seratus” dan “Unggunan Lima puluh”. Suku “nan Seratus” adalah para hamba yang dibebaskan atau orang-orang yang dikeluarkan dari Suku karena peristiwa pelanggaran (komunal). “Ungun nan Lima puluh” adalah anak keturunan para hamba bebas yang dibawa oleh para raja pertama Minangkabau. Kepala “Unggun nan Seratus” adalah seorang penghulu bergelar Datuk Setia Raja. Suku ini ada di lima wilayah Rokan. Sedangkan “Unggun nan Lima Puluh” di Rokan di bawah Penghulu Harimau Sontang, dan sekarang mereka hanya ada di Rambah. Ketua Suku nan Seratus wajib menolong para Pucuk Suku lainnya dl segala hal urusan, para anggota Suku ini sebenarnya bertugas atas perintah Raja, teristimewa berlaku untuk “Unggu nan Lima Puluh.” (Quast 1905:432)
Dalam peta AMS ditemukan derivasi toponimi anggunan antara lain: 1)Sianggunan: di wilayah Dolok Tangga Batu, hulu Sungai Barumun. 2)Dolok Sianggunan: di wilayah Portibi Julu, cabang Sungai Barumun. Dalam MS Teromba Tambusai (Ml.100a) disebut Padang Sianggunan. 3) Dolok Sigunani Lombu: di wilayah kampung Muara Talang, hulu Air Puli, hulu Batang Sihapas.
H. Fase Keempat.
Bani Israil dihantarkan Yusa’ bin Nun keluar dari Jericho (Yerusalem), ada yang menetap di Syam, Yaman, dan sebagian besar menuju pesisir India hingga Tanah Semenanjung dan Nusantara. Tanah Hebron diserahkan oleh Yus’a bin Nun kepada Kaleb bin Yefuna orang Kenizi, sebagai hak nenek moyang ‘Arab kabilah Bani Anak (Ibr. קָנֲע ). Bani Kalbi berasal dari bani Khuda’a (Arb. Khuza’ah). (Lih. Smith 2013:07 & 08) Rasulullah SAW mengatakan bahwa Abu Khuza’ah Amru bin Amir adalah orang pertama memuliakan binatang dan menyembah berhala (مانصلْأا دبعو بئاوسلا بيس). (Lih. HR Ahmad 4038 & 7385) Amru bin Amir pengazas agama Hindu pada masa Musa, selanjutnya Kaleb bin Yefuna bolak balik menghantarkan sebagian besar Bani Israil ke seberang lautan, menuju negeri yang dijanjikan. Sejarah bani Kalb ini pula yang paling dominan dalam manuskrip dan kelisanan orang-orang Sumatera.
Tamim banat Mur (رم تنب) adalah seorang perempuan. Bani Adi berasal dari Hanzalah bani Tamim, berasal dari anak Adawi (Banu al-Adawiyah). Anak cucu Mur lewat jalur ibu ini disebut Kalb, kakek dari pihak sebelah ayah mereka Udd bergelar Wudd tuhan Kalb. (Lih. Smith 2013:20, 21 & 255) Berikut ini bani ‘Arab yang lazim memakai nama-nama binatang; bani kera, Kirdun (ةدرق :دورق :درق); bani Singa, Asad (داسآ : دسأ);2 bani Harimau, Namir (رمن :رمن); bani harimau kumbang, Fahd (دهف) seluruhnya berasal dari bani Asad. Bani Anjing, Kalb (ابلك) disebut Si Pemburu, ada dalam curaian Batara Guru; Hantu Peburu; nenek moyang bangsa Melayu. Kalib (بيلك :بلك) bermakna; teramat garang. Sifat anjing peburuan yang baik, disebut kalbun suluki (يقولس بلك :يقلاس بلك),terkait toponimi Bukit Suligi disebut juga Bukit Kalaran Anjing (kejaran anjing). Bani Beruang, Dab (بابدأ :بد); bani Kambing Betina ‘Anzu (زنع), bani Merpati, Hamamah (همامح) berasal dari bani Azd (lub allubab); bani Ular, Hanas (شنح) berasal dari batn Aus (perempuan), juga bani A’fa, bani Arraqim (ular bintik); bani Garuda, Hawazin (نزاوه) berasal dari bani Qais. Inilah anak-anak binatang yang disebut dalam TBT.
Fakta lain mengenai Bani Israil ditemukan dalam transkripsi pebilang Tambo Bujang Tan Domang, muncul nama orang bergelar Datuk Domang Serail (Datuk Demang Israil);
Pasang pelito di topi-topi (pasang pelita di tepi-tepi) | Pelito dipasang betali kail (pelita dipasang bertali kail) | Konang seito di dl ati (kenang cerita di dl hati) | Citonyo Datuk Domang Serail (ceritanya Datuk Demang Israil) (Effendy, 2008:91)
2 lion (Ing.) atau asad (Ar. أسد), xīn jiā (Chn. 辛加), Singa (Hind.), shinga (Jpn. シンガ), senghobori (Khmr.), singa (Viet.). Penamaan serigala Hmāpā (Thai. หมาป่า), chó sói (Viet.), chachak (Khmr.), (Ar. الذئب), Láng (Chn., 狼), Varu (Gjrt.), Nēkaṛē (Bgli.).
Orang Sungai Rokan juga mengenal istilah okuan (Ibr. ן ֵהּ ֹכ; kohen;cohen), setiap tokoh bergelar ‘malin’ maka itu adalah okuan orang Sumatera, salah satu okuan terbesar di Sungai Rokan adalah Malin Karimun, sehingga nama kuno Sungai Rokan disebut Karimunting. Juga agama parmalim di tanah Batak, mengarah pada jejak Bani Israil di tanah Batak. Teridentifikasi pula sejumlah toponimi dengan nama; Meresi (Maha Risi), Cut Abeu Pogu; Tiro Raba; Ulee Rubee; Seumanyam; Krueng Seumanyam; Gunung Hudah; Gunung Seulawah Agam dan Pasai.
I. Fase Kelima.
Ini adalah mengenai Iskandar Dzulkarnain, fase sejarah paling krusial menimbulkan sebilangan problematika dalam penelusuran sejarahnya. Beberapa Yahudi pernah minta klarifikasi langsung kepada Rasulullah SAW tentang sosok Dzulkarnain. Ali RA juga pernah ditanya dan jawabannya sama seperti jawaban Rasulullah SAW “dia hamba Allah”. Berikut ini penelusuran asal usul Dzulkarnain berdasarkan kontemplasi teks TBT dan Taurat:
Bermula dari dua orang bersaudara kembar yakni Esau (TBT. ‘Aidzan; Ibr. Esav; Arb. وسيع) dan Ya’kub AS (Ibr. Jakov). Ayahnya Ishaq AS (TBT. Sa’id) menerima Ya’kub menjadi nabi sekaligus raja. Tangan ‘Aidzan berbulu lebat, dia lelaki tegap berkulit ahmar (merah) seperti Sam bin Nuh, suka berburu dan mengembara, kurang mempedulikan martabat kegaharaan sebagai putera sulung seorang nabi, bahkan melanggar larangan menikahi tiga perempuan yang bukan dari darah keturunan Ibrahim (Adah bat Elon bani Siti; seorang perempuan yang tidak dikenal kabilahnya, dan seorang perempuan dari bani Sair Huri). Ibunya Rabkah (Ibr. הכבר) tidak mendukung ‘Aidzan mewarisi khalifah ayahnya.‘Aidzan berani menerima takdir itu, sedangkan Ya’kub berinisiatif agar abangnya mewarisi kelembagaan institusional sebagai raja. Hubungan Ya’qub dengan ‘Aidzan sangat erat, ‘Aidzan memberi Ya’qub makanan dari hasil perburuan. ‘Aidzan yang berfikiran liberal, akhirnya menikahi Basmat binti Ismail AS dan memperoleh seorang putera bernama Rauel (Ibr. לֵאוּע ְ ר; Mly. Naga Mulia; Arb. لحار), menjadi ayah bagi raja-raja besar di daratan Asia dan kepulauan di laut Selatan. Rauel dl bhs S Rkn disebut rahu atau rau artinya; naga. Berdasarkan alur informasi TBT, Rauel inilah yang dapat disebut Sultan Iskandar Dzulqarnain khalifatuḷlāh dan salāmuḷlāh dan Habibuṛrohman ibn Sultan ‘Āidzan wa ibn Ya’qub ‘Alaihiṣsalam yang berpegang kepada mu’jizat Ya’kub AS dan daulat ‘Aidzan. (Lih. TBT) Dzulkarnain memiliki ciri-ciri ganda dl banyak hal.
SS menyebut bahwa “Raja Iskandar, anak Raja Darab, Rom bangsanya, Makaduniah nama negerinya, Zulkarnain gelarannya.” Mukaduniah adalah Magadaniah; mimma Jaddaniyah; Pires menyebutnya wilayah Mjdonj di Persia yang nama ibukotanya Shushan (Shah shahan). Dalam HSID; Dzulkarnain anak raja Darab berbangsa Rum. Atas keterangan SS dan HISD tersebut, ada dua Dzulkarnain; 1)Rauel putra ‘Aidzan, (Lih. TBT) dan 2)Dzulkarnain Putra raja Darab. SS tidak menghubungkan nasab Dzulkarnain sampai kepada Ishaq AS, sebaliknya TBT dan HSID menautkan nasab Dzulkarnain kepada Ishaq AS, meskipun ada perbedaan, yakni; 1) HSID mengatakan Dzulkarnain putera Ishaq AS, sedangkan 2)TBT menyatakan Dzulkarnain cucu Ishaq AS. Istilah anak dan cucu lazim dan tidak terlalu dipersoalan dalam tradisi Islam.
Darab (باراد) adalah nama lain Farsistan (ناتسوا سراف) di Tenggara Persia. Karena Darab bukanlah nama orang, maka Raja Darab yang dimaksud HSID boleh jadi adalah orang yang sama dengan ‘Aidzan atau Esau. Dalam teks HA diperoleh keterangan bahwa Keindraan adalah negeri Serasan Persia. Jika HA mengatakan Seriram bernasab Maha Bisnu dari ibu keturunan Perdu Buluh Betung, maka raja-raja keturunan Betung inilah yang disebut Pagaruyung. (lih. dl. MS 100a & HMM) Di Aceh ada toponimi kuno Ruyong dan ada bangsa rejang di Sumatera. Padang Sirayung Kampung Betung (Siraijang) Kota Lama Rokan Kiri dl peta biro Umum Pemerintah Hindia Belanda 1882. Dalam SS; Maharaja Prameswara Siak tidak berkenan tunduk kepada Malaka, dan dia berasal dari raja Pagaruyung kuno. Juga disebutkan bahwa Portugis mengganti pagar ruyung istana Sultan Mahmud Syah Malaka dengan pagar batu. Teks pengantar TBT: “Inilah surat katerangan taromba yang turun daripada Pagaruyung yang dibawak Sultan Mahjudin putra Sultan Pagaruyung anak cucu Sultan Iskandar Dzulkarnain yang turun temurun menjadi raja di dl Pulau Perca ini. Itulah pegangan raja Tambusai, syah dengan nyatanya.” Pak Imam Hawari di Pangian Hulu Kampar kanan, (2014) bercerita tentang empat orang bersaudara menebang pohon membangun negeri baru, hanya pohon betung yang tetap hijau dan hidup setelah ditebang, maka pohon itu (orang itu) dijadikan pagar negeri, demikianlah adal usul dinamakan Pagaruyung.
Dalam TBT: Iskandar Dzulkarnain memiliki empat putera. Anak bungsu wafat karena “sebab bersebab” dan kisah kematiannya dikenal dengan sebutan “kabar angin atau kabar burung.” Terlihat jelas dl nasab keturunan Rauel atau Dzulkarnain dl Taurat; 1)Aluf Nahat, 2)Aluf Zarah, 3)Aluf Shammah, dan 4)Mizzah yang disebut TBT Maharaja Limpat, meninggal sehingga Mizzah tidak bergelar Aluf. Sangat memungkinkan bahwa Aluf Shammah adalah juga Shah Namah atau Shah Nemeh yakni nama Maharaja Diraja menurut orang Persia, bahkan Çanam Çanama dl surat Syiri TBT adalah juga Maharaja Diraja.
Dua saudara Rauel lain ibu bergelar; 1)Aluf Korah bat Aholibamah dan 2)Alifhaz bat Adah, beroleh putera bernama Aluf Korah bin Aliphaz. Dua Korah ini yang dapat disebut Quraysin dl TBT, sekaligus pengazas nasab Korah awal dan negerinya Khurasan (Mly. Kersani). Lih. perbincangan seorang perempuan dari Ahmas (Yaman) dengan Abu Bakar RA, membicarakan tentang Kurays. Kembali merujuk pada teks TBT maka segera diketahui bahwa Aluf Korah bat Adah adalah orang yang bergelar Tuk Raya Basemantung yang ikut bersama Maharaja Diraja berlayar menuju Karang Tinggi di Sumatera. (Lih. Karang dl. peta AMS) Saudara-saudara Rauel bergelar Aluf disebut Alufei (Arb. ةفيلخ) dl Alquran disebut li ilafi (فلايلِإ) dan ilafihim (Arb. مهفلا) boleh jadi artinya; Quraysin atau Korah keturunan bat Adah dan bat Aholibamah peluat awal berlayar menggunakan dua musim angin muson untuk pulang (Epipihi; angin estesian India sekitar bulan Juli) dan bepergian (Tybi; dari Mesir pada bulan Januari-September).
Tiga puteranya diberi wilayah; 1)Maharaja Alif di Muka Dunia yang kemudian dikenal dengan sebutan Negeri Atas Angin,3 2)Maharaja Dipang diberi wilayah Shind atau al-Sin disebut juga Zhipanggo, (Lih. peta Kasghari) dan 3)Maharaja Diraja di Bawah Angin atau Baruh Angin, yakni Sumatera beserta kepulauannya. Ketiganya adalah wilayah Hindustan yang dikenal dengan sebutan Indian subcontinent atau Asia Tenggara, sekarang bernama Indonesia.
J. Fase Keenam.
Setelah Aluf Shammah (Maharaja Diraja) sampai di Karang (Sumatera), Iskandar Dzulkarnain memerintahkan empat orang besar Quraisyin menyusul anaknya Maharaja Diraja agar tidak binasa pemerintahannya. Orang-orang yang dibawa dl perahu berkembang biak menjadi suku, suku, puak-puak, dan kobak-kobak. Toponimi “Karang” di Sumatera menunjukkan sejumlah titik lokus wilayah Aluf Shammah, negeri-negerinya bertanda ‘naga’; Naga Beralih, Naga Kesiangan, Naga Seribu, Naga Biwuo dsb. Juga toponimi; kota; koto dan keuta yang tersebar hampir merata di seluruh Sumatera.
K. Fase Ketujuh, Transmigrasi Pertama.
Sulaiman AS pertama kali berurusan dengan Negeri Bawah Angin lewat hubungannya dengan raja Hiram (Ibr. ם ָ ר ִ ח ; chiram). Dalam HA ada nama Seriram (Seri Hiram), nenek moyang raja raja Sumatra yang bergelar Maharaja; Maraja; Majo; Maharajo; Maharaya atau Maraya dsb.
Dari pada nasab dan bangsa Maha Bisnu jang Radja Diradja Keinderaan. Karena bahwa Dasarata (bc. diserata) Maharadja itu, pada suatu zaman mendapat perbundai (bc. perbunda iya) Seri Rama (bc. Seriram) bernama Puteri Mandu dari pada perdu buluh betung. (Iskandar 1958:71 & 72).
Sulaiman AS meminta Seriram mengirimkan kayu karas-gaharu (Rkn. kareh) dan kayu barus (Ibr. atzei arazim; Hind. agaru dan Ibr. atzei b’roshim; kapur barus; Rkn baruih) dari negerinya, untuk pembangunan dan syarat ibadah di Bait El. Gaharu dl bhs Ibrani disebut ketoret (Ibr. ת ֶ ר ֹ ט ְ ק ) orang Melayu Sungai Rkn. menyebutnya keturi atau koturi. Teknik dan tradisi pengumpulan getah barus tersimpan melekat dalam istilah adat Melayu Sungai Rokan, disebut loka kuco baruih (lingkar kucuran barus). Kemasyhuran atzei arazim ini disebutkan oleh Rasulullah
3 Lih. Tambo Alam Minangkabau “Macedonia.”
dl istilah kust al-Hind (Arb. ىدنه اطسق), ‘ud al-Hindi (Arb. يدنهلا دوع) dan al-Qust al-Bahri (Arb. ىرحبلا طسقلا). Sulaiman memberi petujuk sekaligus mengirimkan para hamba-hamba dari Libanon (Kan’an) ke negeri-negeri yang disebut makam (TBT. peṛmaqōṁ). Pulau Sumatra dinamakan Sarira dl kronik Sulayman (851 M), Mas’udi (947 M), Abu Rayhan (1031 M) dan Al Idrisi (1154 M).4 Inilah berita paling awal lahirnya koloni transmigrasi bangsa Libanon Kan’an di Sumatera. Jejak diaspora fase keenam ini meluas di Sumatera, khususnya di wilayah yang sekarang disebut Aceh, terlihat dari toponimi berbahasa Ibrani olam kemudian berderivasi menjadi “lam ~; blang ~; tlang ~”.
L. Fase Kedelapan.
Sampailah pada teks hadist riwayat Nasai (5305) mengenai peristiwa diaspora ahlul kitab Bani Israil akibat tekanan para raja Romawi yang berkuasa paska Isa AS. Konstantin I menyetujui kesepakatan Sinode Nikea (Σύνοδος τῆς Νίκαιας) tahun 325 M di Iznik Turki. Sebelumnya, perpecahan Bani Israil telah berlangsung antara raja Alexandria dengan Arius mengenai konsepsi trinitas. Kabilah-kabilah Bani Israil dan pengikut Arius (Arian) hijrah ke berbagai benua, dan berubah menjadi penganut Injil-Taurat dengan caranya masing-masing. Tiga atau empat ratus tahun setelah itu, Rasulullah SAW diutus dan hanya beberapa orang dari ahlul kitab tersebut berusaha menemui Rasulullah SAW. Kisah ini mengingatkan kembali pada nama pendeta Buhairah yang dijumpai Salaman al-Farisi saat mencari kebenaran ajaran tauhid, Waraqah bin Naufal, dan Raja Njasyi (يشاجنلا).
Jejak diaspora ini direkam oleh Abu Shalih al-Armini. Gereja Perawan Maria (church of the Lady and Pure Virgin Mary) berdiri di Fansur dan sejumlah bandar-bandar dagang. (Lih. Evetts 1895:299 & 300) Beberapa jejak toponimi bercirikan kristen nestorian ortodok antara lain; Krueng Meuria; Tapak Mariah; Gunung Mariah; Bintang Mariah; Bandar Mariah; Janji Mariah; Air Masihi; Air Isa dsb. Satu toponimi unik adalah nama Semantau dan Gunung Semantau terkait Aba Raya Semantung, yakni cohen Basmantah, orang India menyebutnya Tunbudha. (Evetts 1895:252)
Berikutnya adalah kisah Raja Uti yang ahli ilmu nujum. Suatu ketika ia melihat satu bintang menunjukkan kelahiran seorang nabi di Jazirah Arab. Ia segera berangkat menumpang kapal Persia. Sesampai di jazirah ia dengan dituntun oleh satu cahaya sehingga bertemu dengan Maryam dan bayinya. Ini adalah berita kunjungan Chohanim dari negeri yang jauh, mereka membawa hadiah kayu gaharu datang menemui Maryam yang disangkanya Isa AS adalah nabi yang dinanti-nanti Bani Israil (Muhammad SAW). Setelah ditilik, ternyata nabi itu bukan sebagaimana yang dimaksud. Meski demikian mereka sangat bahagia menyambut kelahiran Isa AS, dan segera pulang kembali ke negerinya.
M. Fase Kesembilan (abad ke-7 M).
Masa khalifah Abu Bakar (632-634 M). Dalam HRP dan SS tentang Syaikh Ismail dan putra bungsunya dari negeri Ma’abar (Mu’tabar) keturunan anak cucu (zuriat) Abu Bakar RA, menetap di Pasai. Kisah ini bertambah menarik, karena Umar RA (634-644 M) bercita-cita hendak mengislamkan wilayah Multalaqal Bahrain atau Oman, namun diisyaratkan bahwa wilayah itu bahagian Abu Bakar RA. Bangsa Oman akan menerima Islam dengan suka rela telah diketahui para sahabat dari lisan rasulullah SAW. Umar RA merubah haluan ke wilayah Mesir.
Masa kehalifahan Utsman bin Affan RA (644-655 M), Palestina, Syiria, Mesir dan Libya dibebaskan dari Bizantium Timur. Persia bebas dari dinasty Sassanid sejak 226-651 M. Islam diterima langsung oleh Maharaja Diraja Malik al-Amlak (كلاملْأا كلام), terbukti dari dua pucuk suratnya untuk Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-719 M). Amru bin ‘Ash (w. 43 H - 663 4 Lih. Peta Moyen Atlas (Lalewel 1881:14). 7 M) berhasil membebaskan Mesir dan Libya dari Bizantium Timur sekaligus menjabat sebagai wali atau wazir (viceroy) dua negeri tersebut. Libya adalah wilayah Maghribi tempat Iskandar Dzulkarnain bertemu suatu kaum asal Libanon dan mereka jadi penghalang para pelaut Eropa berlayar menempuh pesisir barat Afrika dan lautan Atlantik. Amru juga pernah mengajukan permohonan kepada khalifah ‘Utsman bin Affah untuk membangun angkatan laut Islam di Laut Mediterania, dan dialah yang bergelar Amir al-Bahri, yang gelar ini berubah menjadi ’admiral’.
Akhirnya kita memahami penyebab jejak peninggalan Hindu dan Budha sangat minim di Sumatera, sebaliknya lebih dominan di Pulau Jawa. Orang-orang Sumatera yang menolak kedatangan Islam memilih pindah ke pulau Jawa dan membangun peradaban di sana, ditandai dengan berdirinya candi-candi dan sejumlah prasasti yang isinya menyebut-nyebut keterkaitan dengan raja-raja Sumatera (Wangsa Sailendra).
Daulah Umaiyyah memindahkan pemerintahannya ke Cordova di Semenanjung Iberia (Spanyol-Portugal) pada 756-1031 M. Dalam masa pemerintahan Daulah Umaiyah ini pula naskah surat Syiri Tambusai ditulis (271 H; 849 M).
N. Ya’juj Ma’juj Pertamakali Turun Ke Bawah Angin.
Niaga jalan darat (jalur sutra) dikuasai bangsa Arab dan Persia yang leluasa berlayar hingga ke Benggala, Aden, Muza, ke Bawah Angin hingga Cina. Seorang Romawi bernama Hippalus,5 satu-satunya orang Eropa pertama yang berlayar sampai ke Hindia. Setelah itu tidak ada lagi kabar orang Alexandria sampai di Laut Erythrea (Laut Merah). Vincent memperkirakan Hippalus menemukan jalur Persia sekitar tahun 47 M, diasumsikan tidak berapa lama sebelum penulis Periplus melakukan pelayarannya. Pliny merujuk pada Hippalus, diperkirakan terjadi antara 73 dan 77 M.
Berikut adalah keterangan detail pelayaran sejak dari Myos Ormos (Μυὸς ὅρμου) di wilayah kekuasaan Alexandria Mesir hingga Teluk Aden berdasarkan kronik seorang Mesir (anonim) Periplus Maris Erythræi (Περίπλους τῆς Ἐρυϑρᾶς ϑαλάσσησ).
Awalnya, sepanjang pantai Laut Merah (Βαρβαρικὴ χώρα) hingga Bab al-Mandab (gerbang Laut Merah) dl kontrol ketat raja Zwshkalh (Ζωσκάλης).8 Arab Qarni (Carnaites; Κανραῗται; Kanraitai) adalah kabilah perampok di sepanjang Pantai Hijaz hingga Tihamah.9 Semenjak raja Qorhbal rutin mengirimkan hadiah kepada kaisar di Alexandria (Ἀλεξάνδρεια; Lezhandre; Eropa), pada pertengahan abad ke-1 M, niagawan Mesir telah boleh sampai pelabuhan Teluk Aden yang disebut oleh bangsa Eropa masa itu Pelabuhan Setan Arab (Εὐδαίμονος; Eydaimonos; demon; setan) di pantai Hadramaut (Arb. تومرضح; Ibr. תֶו ָמ ְ ר צ ַ ֲ ח ). Di pelabuhan Myos Ormos (Μυὸς ὅρμου) berlaku peraturan ketat Maliq (Μαλίχαν)10 raja Nabatha (βασιλέα Ναβαταίων)11 dengan menugaskan kepala pos polisi (πλοίοις; Mly. pelayan) bersama garnizun mengutip cukai 25% dari
5 Hippalus (Ancient Greek: Ἵππαλος) was a Greek navigator and merchant who probably lived in the 1st century BCE. He is sometimes conjectured to have been the captain of the Greek explorer Eudoxus of Cyzicus' ship. (wikipedia.org/wiki/Hippalus)
6 Gaius Plinius Secundus (AD 23 – August 25, AD 79), better known as Pliny the Elder (/ˈplɪni/), was a Roman author, naturalist, and natural philosopher, as well as naval and army commander of the early Roman Empire, and personal friend of the emperor Vespasian. (http://en.wikipedia.org/wiki/Pliny_the_Elder)
7 Kronik The Erythraean Sea (Ἐρυθρὰ Θάλασσα, Erythra Thalassa, "Red Sea") ditulis pada pertengahan abad ke-1 M. Ini adalah naskah Romawi paling tua yang mencatat nama-nama negeri, pelabuhan, aturan pelayaran di berbagai tempat, jenis barang dagangan, dan nama-nama penguasa-penguasa serta raja. Hirth menetapkan bahwa Periplus ditulis sekitar tahun 90 hingga 95 M, berdasarkan tarikh pemerintahan Zhocales (Za Hakale 79 - 89 M) di Etiopia. (Hirth: 09)
8 Zwshkalh (Ζωσκάλης) adalah gelar sebutan untuk penguasa wilayah yang mastautin di Koloh (Κολόην) dan bukanlah nama orang. Diksi kata Zwsh (Ζωσ) semakna dengan Zeus (Ζεύς; zeys). Dzu (وذ) bermakna; pemilik, maka Zwshkalh (Ζωσκάλης) bermakna; Penguasa di Koloh. Dl Bhs Sanskerta Devá atau Deu, bermakna; Tuhan, dan ada gelar manuṣya-deva untuk menyebut Brahmana (Lih. Lanman, 1958; 172). Orang Melayu menyebutnya Deo atau Dewa (Rm. Δίας). Gelar raja-raja Melayu kuno menggunakan sebutan Dewa (penguasa) semisal; çri Cudamani Varmadewa, çrimat Tribhuwanaraja Maulia Varmadewa (dl. surat batu arca Amoghapasha). Menurut kaidah Sanskerta dapat berubah menjadi Tiya (ˈði.as; Jw. tiyang; orang) dan gelar ini dipakaikan pada nama Adityavarman. Datuk-datuk adat di Sungai Rokan masih menggunakan gelar Dewa, semisal; Datuk Deo Pokaso (Dewa Perkasa), Tio Pokaso (Orang Perkasa) Dll.
9 (Schneide, 2014; 08, dari transliterasi Casson)
10 Malik atau malak (كلم) dl bhs Arab bermakna; kekuasaan atau juga bermakna pembesar raja, sebagaimana dijelaskan dl Q.S. An-Naml, 27 : 29 & 32 tentang para pembesar (ُ َ لَأَم ْ لا) dl kerajaan Ratu Balqis di negeri Sabak. Dl Q.S. Al-Baqoroh, 01 : 102 ada istilah ( ِكْ ل ُم ٰىَ ل َع نا َمْي َ ل ُس).
11 Petra (Greek, “city of rock”), ancient city of Arabia, in what is now southwestern Jordan, immediately east of the village of Wadi Musa. The stronghold and treasure city of the Nabataeans, an Arab people, Petra is referred to as Sela (salam?) in the Bible (see 2 Kings 14:7). Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2005. 8
barang dagangan yang masuk, dan hanya perahu ukuran kecil boleh melintasi Laut Merah. Orang-orang Alexandria mengatakan penghuni pelabuhan Nabatha di tanah Median (Madyan) dan penduduk Teluk Arab (Ἀραβικὸς κόλπος; Arabikos Kolpos) suka bertindak tanpa aturan, sebaliknya di Pelabuhan Muza (Μούζα ; Moysya) di Sana’a menerapkan aturan ketat. Seluruh aliran barang dari Hindia ke Alexandria dikuasai bangsa Arab, mereka langsung menjemput ke Persia, India, Zanzibar dll. Di kota Sana’a mastautin seorang penghulu perbudakan bernama Kalbi (Arb. بلك) atau Kala-ib (Χόλαιβος; Arb. Qolaib; Arb. بئلاك), sedangkan raja Sana’a bernama Qorhbal (Χαριβαὴλ; Qaribahl) mastautin di kota Safar (Σαφὰρ) dan dia raja dua bangsa; 1)Himyar (Ὁμηρίτου; Omhritoy; Homerit; Arb. ريمح) dan Sabiin atau Saba (Σαβαΐτου; Zabaitoy; Arb. نوئباصلا). Pantai Zanzibar Ethiopia (Dzend; Mly. Zanji) hingga Sofala berhadapan dengan Pulau Madagaskar dikuasai pelaut Habasyah (bangsa Zanji; Arb. ةشبحلا) berkolaborasi dengan pelaut Sana’a sebagai penghalang Ya’juj Ma’juj masuk ke Samudera Hindia (Mare Indicvm).
Rasulullah SAW menghormati sejarah Habasyi. Wilayah gharbiyah pernah menjadi penghalang Ya’juj Ma’juj selama ribuan tahun. Orang Alexandria hanya sanggup berlayar hingga Tihamah dan berfikir tujuh kali melewati Babul Mandab, apalagi menuju Aden. Wilayah sepanjang pantai Ethiopia hingga Zanzibar disebut kerajaan Barbarik (ἐμπόρια Βαρβαρικὰ; Emporia Barbarika), negeri para lanun bajak laut di sepanjang Mare Barbera. Pelabuhan Muza menutup pintu bagi pelaut Alexandria menuju Pesisir Jauh wilayah Zanzibar (πέραν ἐμπορίων; Peron Emporion) sehingga tidak pernah ada pelayaran bangsa Alexandria dari Laut Mediterania menempuh wilayah pesisir barat Afrika menuju Cape Town, ke Barygasya (Βαρυγάζων; Barygason), Hindi dan Shindi (Σκυθίας; Skythas), Oman (Ὄμανα; Omana) dan wilayah sepanjang pantai Persia (Περσίδος; Fars; Persh).
Gunung segala rupa; gunung tembaga (perunggu); dinding yang dibangun Iskandar Dzulkarnain, setelah dilubang dan dipanjat berulang-ulang kali oleh Ya’juj wa Ma’juj, ditakdirkan hancur sebagai pertanda akhir zaman:
TBT: “... berhimpunlah besi dan loyang dan kansa dan timah dan emas dan kayu oleh Sulthan Iskandar kepada lebuh matahari itu maka diperbuatnyalah lingkar dan musu dengan beberapa banyaknya pintaknya kepada Aḷlāh oleh Sulthan Iskandar akan beberapa banyaknya pintanya kepada Aḷlāh Ta’alā loyang dan besi dan timah dan emas itu maka hancurlah iya sekaliannya itu dan bekulah yang di bawah dan hancur jualah yang di atas hingga seperti gunung rupanya dan sekiranya habislah kuasa Ya’juj wa Ma’juj setelah sentosalah dari pada Ya’juj wa Ma’juj datang itu maka kembalilah Sulthan Iskandar Dzulqarnain dengan izin Aḷlāh Ta’alā maka gunung tembaga itu pun tinggallah dengan izin Aḷlāh Ta’alā maka itu pun itulah gunung segala rupa namanya dan itulah adanya waḷlāhua’lam.”
Vasco da Gama sampai di Kalkuta India tahun 1498, adalah Ya’juj Ma’juj pertama yang berhasil menghancurkan Gunung Segala Rupa Iskandar Dzulkarnain. Dalam sejarah dunia ia dipuja sebagai peneguh sejarah niaga global. Dalam sejarah Sumatera, apa hendak dikata? ***** *** *
(***Cat: Bahan baku textual study diperoleh lewat penelusuran: 1)archive.org, 2)www.delpher.nl, 3)digitalcollections.universiteitleiden. nl, 4)Google search machine. 5)Manuskrip Teromba Tambusai didukung teks tradisi lisan yang pernah saya lakukan sebelumnya. Karena keterbatasan waktu menyusun makalah simposium ini, daftar pustaka: menyusul.)
Social Plugin